Senin, 04 Juli 2016

WISATA SPIRITUAL “MELUKAT” DI BALI





Kata Melukat berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu “lukat” yang artinya bersih. Ritual melukat merupakan upaya untuk mencapai pemurnian diri. Melukat juga bagian dari Manusa Yadnya (korban suci yang didedikasikan untuk manusia) yang dilaksanakan pada hari baik (dewasa ayu) sebagai tradisi yang sudah dilakukan oleh umat Hindu di Bali secara turun temurun dan masih terus dilakukan sampai saat ini.


"Sama seperti badan yang diberikan dengan sabun, jiwa dan pikiran juga perlu dibersihkan dengan melukat, "ujar Guru Mangku Gede Alit Adnyana, Pengawit Pura Campuhan Windhu Segara, Padanggalak, Kesiman. Jadi, ketika Anda sering merasa gelisah, mudah marah, tidak tentram, mudah lelah, sakit-sakitan dan merasa kacau, ada baiknya bila Anda melukat.


Melukat bertujuan untuk membersihkan dan memurnikan tubuh, pikiran dan jiwa manusia secara spiritual untuk mencegah malapetaka, memperoleh keturunan, kewibawaan, nasib buruk dan penyakit. Melukat dapat dilakukan berkali-kali, sesuai dengan situasi, kebutuhan dan tujuan. Dengan melukat Anda akan menerima pembersihan dan penyembuhan langsung dari ibu pertiwi dan alam semesta dengan air sebagai medianya.


Salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia di bumi adalah air. Hampir dua pertiga bagian bumi terdiri dari air, hal yang membedakannya dengan planet lain di jagat raya. Tidak hanya bumi, dua pertiga dari zat yang membentuk tubuh manusia juga air. Begitu pentingnya, air sudah menjadi kebutuhan sehari-hari dan manusia tidak bisa hidup tanpa air. Di Bali, air juga dimanfaatkan untuk ritual keagamaan sebagai tirtha atau air suci anugerah Tuhan. Dalam ritual penglukatan air berfungsi sebagai media pengantar dan sekaligus sumber vibrasi energi suci alam semesta yang sangat baik.


Tempat melukat umumnya dipilih pada sumber air yang dianggap suci, seperti pancoran, danau, sungai, segara (laut), campuhan, dan di tempat pemujaan di rumah atau di griya. Sumber mata air dianggap penting sehingga harus dijaga dan dilestarikan. Bukti pentingnya bisa dilihat dari lokasi beberapa pura yang mengambil tempat dekat dengan sumber air seperti Pura Tanah Lot, Pura Uluwatu, Pura Ulun Danu Beratan, Pura Tirta Empul, dan lainnya. Pura-pura tersebut selain sebagai tempat melukat juga merupakan tempat wisata yang banyak dikunjungi turis asing.

 



Dimanapun kita melukat, ada baiknya kita sembahyang dahulu sebelum melukat. Umat Hindu biasanya mempersembahkan sajen seperti Daksina pejati (khususnya untuk Anda yang baru pertama kali melukat di tempat tersebut), pejati (hendaknya berisi pisang/biu kayu, berisi bunga tunjung warna bebas), kuangen untuk sembahyang dengan menggunakan bunga jempiring, sekar tunjung biru dan pis bolong (uang bolong), canang sari + rarapan dan dupa. Semua sesajen di atas dapat dibeli di sekitar area penglukatan atau lebih baik bila Anda membawa sendiri dari rumah. Untuk Anda yang non-Hindu, Anda bisa berdoa saja di dalam hati dengan rasa tulus dan ikhlas di dalam hati.




Anda bisa melakukan penglukatan bersama-sama ataupun sendiri. Akan tetapi akan lebih mudah bila ada pemangku, Anda hanya tinggal mengatakan kepada Pemangku bahwa Anda ingin melukat, karena ada beberapa pura yang melukatnya dilakukan oleh pemangku langsung. Adapun aturan untuk pakaian yg di pakai nangkil adalah pakaian adat bali, pakaiannya langsung dipakai melukat atau boleh hanya memakai kain kamen saja dan boleh juga dengan atasan baju, tergantung aturan yang ada di tempat penglukatan tersebut, disarankan untuk tidak memakai perhiasan dan untuk wanita yang sedang menstruasi tidak boleh melakukan penglukatan.
Salah satu tempat yang banyak dikunjungi yaitu Pura Tirta Empul, Desa Manukaya, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Sebenarnya melukat bisa dilakukan kapan saja setiap saat, tetapi akan lebih baik bila melihat hari baik (dewasa ayu) dahulu sebelum melukat. Adapun hari baik yang umumnya umat Hindu melakukan penglukatan yaitu saat Purnama, Purwani (satu hari sebelum dan sesudah purnama), Ngembak Geni (sehari setelah nyepi), Banyu Pinaruh (sehari setelah hari raya Saraswati), Tilem, Kajang Kliwon, Manis Galungan, Kuningan atau bertepatan dengan piodalan (hari raya) pura, umat yang datang bisa mencapai ribuan orang. Hari-hari tersebut diyakini baik untuk melaksanakan melukat agar doa dan permohonan mereka bisa terkabul.


Bila Anda tertarik dan merasa ingin melukat, disini Saya akan berikan beberapa pilihan tempat untuk melukat, diantaranya yaitu :
1.      Pura Tirta Empul.
2.      Pura Tirta Sudamala Bangli.
3.      Pura Tirta Sagening Kamasan Klungkung.
4.      Pura Tirta Sagening Kamasan Klungkung.
5.      Pura Tirta Manik Ambengan, dengan 7 sumber mata air di tengah hutan, Karangasem.
6. Tirta Gangga di Pulau Ceningan yang bersumber dari dalam bumi untuk genah melukat Astangga.
7.    Pura Gunung Kawi terletak hanya 1 KM sebelah utara dari Tampaksiring dari jalan ke kanan.
8.      Pura Selukat di daerah lapangan ‘Subak Tuas’ beras, Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar.
9.      Pura Dalem Pingit, Sebatu-Gianyar.
10.  Mertha Sari Beach-Sanur-Denpasar. Pura Campuhan, Padanggalak-Denpasar.

Anda juga dapat melakukan penglukatan di Beji Pura, seperti :
  1. Pura Beji Batan Gatep. Desa Kapal
  2. Pura Beji Mumbul. Desa Mengwi.
  3. Pura Beji Gerobogan. Taman Ayun.
  4. Pura Beji Taman Beji. Desa Penarungan.
  5. Pura Beji Pancoran Pitu Desa Kapal
  6. Pura Beji Pacung di desa Werdhi Bhuana.
  7. Pura Beji Apuan di Desa Abian semal
  8. Pura Beji Sangeh di Sangeh
  9. Pura Beji Pesiraman Pura Dalem Nungnung di Pelaga.
Semoga setelah melukat Anda merasakan tubuh dan jiwa lebih tenang dan pikiran menjadi rileks kembali, dan semoga dengan rutinnya Anda melukat secara tulus dan khusyuk apa yang Anda inginkan dapat tercapai. Selamat melukat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar