Senin, 18 Juli 2016

RUMAH GADANG



    Padang, Sumatera Barat merupakan salah satu kota yang menyimpan keindahan alam dan budaya yang unik dan patut di eksplor selain Bali. Masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia menganut falsafah hidup “alam takambang jadi guru” menjadikan alam sebagai guru untuk membangun kebudayaan mereka. Kota Padang ini terkenal akan Rumah Gadang yang penuh dengan keunikan dan pesona budaya yang terlihat serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan.


    Rumah Gadang adalah rumah adat Sumatera Barat, Minangkabau. Rumah ini memiliki keunikan pada bentuk arsitekturnya yaitu atap yang melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau yang dibuat dari bahan ijuk. Atapnya dibuat seakan-akan saling bersusun antara satu dengan lainnya, sehingga bentuk tanduk yang ada bisa mencapai lebih dari 4 buah, tergantung dari besar kecilnya rumah tersebut. Bentuk atap yang demikian antara lain juga kita jumpai pada masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan dan juga rumah tradisional daerah Tapanuli. Bentuk bangunan yang segi empat dan membesar ke atas (trapesium terbalik), memiliki sisi melengkung ke dalam dengan bagian tengah yang rendah seperti perahu yang secara estetika komposisinya terlihat begitu dinamis.




    Rumah Gadang mempunyai nama yang beraneka ragam menurut bentuk, ukuran, serta gaya kelarasan dan gaya luhak. Rumah Gadang disebut juga dengan Rumah Bagonjong dan ada juga masyarakat setempat yang menyebutnya dengan nama Rumah Baanjuang (rumah berpanggung), sebab di sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya ruang anjuang (anjung). Ruang ini digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat.




    Para nenek moyang memiliki ide untuk membuat Rumah Gadang ini tahan gempa. Hal ini dibuktikan dengan membuat rumah dimana tiang-tiangnya tidak masuk kedalam tanah tapi hanya bertumpu pada sebuah alas berupa batu berukuran besar dan lebar. Selain itu, pasak yang dipergunakan adalah pasak kayu sehingga bila terjadi gempa, rumah Gadang akan bisa bergerak mengikuti pergerakan tanah dan tidak akan rubuh. Rumah dengan model seperti ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia.




    Rumah Gadang dikatakan gadang (besar) bukan karena bentuk fisiknya yang besar, melainkan karena fungsinya. Nah, ternyata Rumah Gadang ini memiliki multifungsi lho. Fungsi utama Rumah Gadang adalah untuk tempat tinggal keluarga, sebagai lambang kehadiran suatu kaum, sebagai pusat kehidupan dan kerukunan, sebagai tempat bermufakat dan melaksanakan upacara bahkan sebagai tempat merawat keluarga yang sakit.




    Sebagai tempat tinggal keluarga, Rumah Gadang memiliki ketentuannya tersendiri. Ukuran ruang bergantung pada jumlah penghuni di rumah itu. Namun biasanya jumlah ruangan ganjil, seperti lima, tujuh, sembilan atau lebih ruang. Perempuan yang bersuami memperoleh satu kamar. Perempuan termuda mendapat kamar yang letaknya terujung, dan akan pindah ke tengah bila ada perempuan lain, adiknya, yang bersuami. Perempuan tua dan anak-anak mendapatkan kamar di dekat dapur. Sedangkan gadis remaja mendapatkan kamar bersama di ujung yang lain. Untuk laki-laki tua, duda dan bujangan tua tidur di surau milik kaumnya masing-masing.



    Di rumah ini setiap persoalan dibicarakan dan dicari jalan keluarnya. Di tempat ini juga dilakukan penobatan penghulu, perjamuan penting dan menerima tamu-tamu penting yang dihormati. Rumah gadang sangat dimuliakan dan dipandang suci oleh masyarakat Minangkabau. Setiap orang yang hendak naik ke Rumah Gadang harus mencuci kakinya di bawah dahulu. Jika ada perempuan bertamu, sebelum masuk ia harus bertanya terlebih dahulu dari halaman rumah apakah di rumah itu ada orang. Bila yang datang laki-laki, ia harus berdehem dahulu di halaman sampai ada yang menyahut dari dalam rumah. Laki-laki yang boleh datang ke rumah itu bukanlah orang lain, melainkan keluarga penghuni rumah itu sendiri. Pertemuan antara laki-laki tempatnya di masjid atau surau dan dibalai atau di kedai. Jika ada laki-laki yang membawa kaum laki-lakinya berbincang-bincang di dalam rumah kediamannya maka ia dianggap tidak tahu diri.




    Disamping dari uniknya tradisi di dalam rumah ini, bahan dan pembuatan rumah gadang inipun cukup unik. Kayu yang digunakan merupakan kayu-kayu pilihan yang pengadaannya selalu didasarkan pada adat-istiadat masyarakat. Lokasi dimana tanah berada menentukan arsitektur bangunan yang boleh dibangun, misalnya Rumah Gadang bergonjong empat hanya boleh didirikan pada perkampungan yang berstatus nagari atau koto, untuk ukuran dusun hanya boleh bergonjong dua dan di teratak tidak boleh didirikan rumah bergonjong.




    Pembangunan tahap pertama yaitu membuat tiang utama dan diawali dengan mengadakan kenduri. Kenduri yaitu mengundang orang sekitar untuk datang memperingati peristiwa ataupun meminta berkah. Lalu membuat bagian rumah yang lain. Jika pembuatan bagian rumah yang lain sudah selesai, maka dilanjutkan dengan menegakkan (batagak tunggak) dan merangkai bagian tersebut. Proses batagak tunggak diawali dengan kenduri dan diakhiri dengan acara makan bersama. Terakhir membuat bagian atas Rumah Gadang. Bila pembangunan sudah selesai, maka sebelum menempati rumah pemilik rumah wajib melakukan kenduri manaiki rumah terlebih dahulu. Upacara syukuran dan tanda terima kasih pada semua orang yang telah membantu, dalam perjamuan ini semua tamu tidak membawa apa-apa.




    Nah, untuk bagian dari Rumah Gadang biasanya dipenuhi ukiran-ukiran yang bersumber dari alam, seperti motif flora, akar dan kombinasi yang indah dan penuh dengan falsafah dari Minangkabau sendiri. Dengan adanya Rumah Gadang maka sistem budaya matrilineal akan tetap terjaga dan dipertahankan.
    Buat Anda yang tertarik dengan keunikan arsitektur, tradisi dan keberagaman budaya Minangkabau Anda bisa datang ke Padang, Sumatera Barat. Anda bisa melihat langsung Rumah Gadang dan merasakan sensasi langsung bercengkrama dengan masyarakat lokal dan tradisinya.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar