Kata
Melukat berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu “lukat” yang artinya bersih. Ritual
melukat merupakan upaya untuk mencapai pemurnian diri. Melukat juga bagian dari Manusa Yadnya (korban suci yang
didedikasikan untuk manusia) yang dilaksanakan
pada hari baik (dewasa ayu) sebagai tradisi yang sudah dilakukan oleh umat Hindu di Bali
secara turun temurun dan masih terus dilakukan sampai saat ini.
"Sama seperti badan yang diberikan dengan sabun,
jiwa dan pikiran juga perlu dibersihkan dengan melukat, "ujar Guru Mangku
Gede Alit Adnyana, Pengawit Pura Campuhan Windhu Segara, Padanggalak, Kesiman. Jadi,
ketika Anda sering merasa gelisah, mudah marah, tidak tentram, mudah lelah,
sakit-sakitan dan merasa kacau, ada baiknya bila Anda melukat.
Melukat bertujuan untuk membersihkan dan memurnikan tubuh,
pikiran dan jiwa manusia secara spiritual untuk mencegah malapetaka, memperoleh
keturunan, kewibawaan, nasib buruk dan penyakit. Melukat dapat dilakukan
berkali-kali, sesuai dengan situasi, kebutuhan dan tujuan. Dengan melukat Anda akan menerima pembersihan dan penyembuhan langsung dari ibu pertiwi dan alam semesta dengan air sebagai medianya.
Salah
satu elemen penting dalam kehidupan manusia di bumi adalah air. Hampir dua
pertiga bagian bumi terdiri dari air, hal yang membedakannya dengan planet lain
di jagat raya. Tidak hanya bumi, dua pertiga dari zat yang membentuk tubuh
manusia juga air. Begitu pentingnya, air sudah menjadi kebutuhan sehari-hari
dan manusia tidak bisa hidup tanpa air. Di Bali, air juga dimanfaatkan untuk
ritual keagamaan sebagai tirtha atau air suci anugerah Tuhan. Dalam
ritual penglukatan air berfungsi sebagai media pengantar dan sekaligus sumber vibrasi energi suci alam semesta yang sangat baik.
Tempat
melukat umumnya dipilih pada
sumber air yang dianggap suci, seperti pancoran, danau, sungai, segara (laut),
campuhan, dan di tempat pemujaan di rumah atau di griya. Sumber mata air
dianggap penting sehingga harus dijaga dan dilestarikan. Bukti pentingnya bisa
dilihat dari lokasi beberapa pura yang mengambil tempat dekat dengan sumber air
seperti Pura Tanah Lot, Pura Uluwatu, Pura Ulun Danu Beratan, Pura Tirta Empul,
dan lainnya. Pura-pura tersebut selain sebagai tempat melukat juga merupakan tempat wisata yang banyak dikunjungi turis asing.
Dimanapun kita melukat, ada
baiknya kita sembahyang dahulu sebelum melukat. Umat Hindu biasanya
mempersembahkan sajen seperti Daksina pejati (khususnya untuk Anda yang baru
pertama kali melukat di tempat tersebut), pejati (hendaknya berisi pisang/biu
kayu, berisi bunga tunjung warna bebas), kuangen untuk sembahyang dengan
menggunakan bunga jempiring, sekar tunjung biru dan pis bolong (uang bolong),
canang sari + rarapan dan dupa. Semua sesajen di atas dapat dibeli di sekitar
area penglukatan atau lebih baik bila Anda membawa sendiri dari rumah. Untuk
Anda yang non-Hindu, Anda bisa berdoa saja di dalam hati dengan rasa tulus dan
ikhlas di dalam hati.
Anda bisa melakukan penglukatan bersama-sama ataupun
sendiri. Akan tetapi akan lebih mudah bila ada pemangku, Anda hanya tinggal
mengatakan kepada Pemangku bahwa Anda ingin melukat, karena ada beberapa pura
yang melukatnya dilakukan oleh pemangku langsung. Adapun aturan untuk pakaian
yg di pakai nangkil adalah pakaian adat bali, pakaiannya langsung dipakai
melukat atau boleh hanya memakai kain kamen saja dan boleh juga dengan atasan
baju, tergantung aturan yang ada di tempat penglukatan tersebut, disarankan
untuk tidak memakai perhiasan dan untuk wanita yang sedang menstruasi tidak
boleh melakukan penglukatan.
Salah satu tempat yang banyak dikunjungi yaitu Pura Tirta
Empul, Desa Manukaya, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Sebenarnya melukat bisa dilakukan kapan saja setiap saat, tetapi akan lebih baik bila melihat hari baik (dewasa ayu) dahulu sebelum melukat. Adapun hari baik yang umumnya umat Hindu melakukan penglukatan yaitu saat Purnama, Purwani (satu hari sebelum dan sesudah purnama), Ngembak Geni (sehari setelah nyepi), Banyu Pinaruh (sehari setelah hari raya Saraswati), Tilem, Kajang Kliwon,
Manis Galungan, Kuningan atau bertepatan dengan piodalan (hari raya) pura, umat
yang datang bisa mencapai ribuan orang. Hari-hari tersebut diyakini baik untuk
melaksanakan melukat agar doa dan permohonan mereka bisa terkabul.
Bila Anda tertarik dan merasa ingin melukat, disini Saya
akan berikan beberapa pilihan tempat untuk melukat, diantaranya yaitu :
1.
Pura
Tirta Empul.
2.
Pura
Tirta Sudamala Bangli.
3. Pura
Tirta Sagening Kamasan Klungkung.
4. Pura
Tirta Sagening Kamasan Klungkung.
5.
Pura
Tirta Manik Ambengan, dengan 7 sumber mata air di tengah hutan, Karangasem.
6. Tirta
Gangga di Pulau Ceningan yang bersumber dari dalam bumi untuk genah melukat
Astangga.
7. Pura
Gunung Kawi terletak hanya 1 KM sebelah utara dari Tampaksiring dari jalan ke
kanan.
8. Pura
Selukat di daerah lapangan ‘Subak Tuas’ beras, Desa Keramas, Blahbatuh,
Gianyar.
9. Pura
Dalem Pingit, Sebatu-Gianyar.
10. Mertha
Sari Beach-Sanur-Denpasar. Pura
Campuhan, Padanggalak-Denpasar.
Anda juga dapat
melakukan penglukatan di Beji Pura, seperti :
- Pura Beji Batan Gatep. Desa Kapal
- Pura Beji Mumbul. Desa Mengwi.
- Pura Beji Gerobogan. Taman Ayun.
- Pura Beji Taman Beji. Desa Penarungan.
- Pura Beji Pancoran Pitu Desa Kapal
- Pura Beji Pacung di desa Werdhi Bhuana.
- Pura Beji Apuan di Desa Abian semal
- Pura Beji Sangeh di Sangeh
- Pura Beji Pesiraman Pura Dalem Nungnung di Pelaga.
Semoga setelah melukat Anda merasakan tubuh dan jiwa
lebih tenang dan pikiran menjadi rileks kembali, dan semoga dengan rutinnya
Anda melukat secara tulus dan khusyuk apa yang Anda inginkan dapat tercapai.
Selamat melukat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar